Pengertian Taman Budaya, Ciri, dan Contohnya
Kata taman tentunya tak asing bagi telinga kita, karena sudah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Jika mendengar kata taman, dalam bayangan kita adalah sebuah tempat terbuka dengan berbagai macam tanaman dan pepohonan yang menyenangkan untuk rekreasi. Akan tetapi, seiring perkembangannya, kata taman bukan hanya terbatas pada konteks ruang dengan beragam tamanam dan pepohonan, tapi kata taman juga dapat dikaitkan dalam konteks budaya yang kita kenal adanya istilah taman budaya.
Pada dasarnya memang tak dapat memberikan definisi esensialis tentang "apa itu taman budaya". Hal ini disebabkan oleh beragamnya peraturan perundang-undangan, konteks akademik, administratif, dan sosial-ekonomi serta percampuran kerangka kerja manajemen sebelumnya. Akan tetapi, secara sederhana Taman Budaya dapat diartikan sebagai suatu area yang mewadahi kegiatan kesenian dan kebudayaan. Untuk memperjelas pemahaman kita tentang taman budaya, artikel ini akan mengulas tentang pengertian taman budaya, ciri-ciri, dan contohnya.
Kata “Taman” (garden) bisa ditelusuri pada bahasa Ibrani “gan”, yang artinya melindungi dan mempertahankan; menyatakan secara tidak langsung hal pemagaran atau lahan berpagar, dan “oden” atau “eden”, yang artinya kesenangan atau kegembiraan.
Jadi, dalam Bahasa Inggris kata “garden” merupakan penggabungan dari kedua kata tersebut, yang artinya sebidang lahan berpagar yang digunakan untuk kesenangan dan kegembiraan. Pada umumnya digunakann untuk olah raga, bermain, bersantai dan sebagainya.
Kata “Budaya” berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “buddhayah”. Ini merupakan bentuk jamak dari “buddhi” (budi atau akal) yang dapat diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Sehingga apabila kedua kata tersebut, yaitu taman dan budaya digabungkan menghasilkan istilah baru yaitu Taman Budaya, yang dapat didefinisikan sebagai gabungan antara ruang terbuka dengan fasilitas gedung pertunjukan sebagai sarana pertunjukan.
Berdirinya Taman Budaya diawali dari munculnya sebuah gagasan, yang kemudian memiliki peran besar terhadap lahirnya Taman Budaya. Gagasan tersebut berasal dari Ida Bagus Mantra, yang saat itu menjabat sebagai Direktur Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan .
Skitar awal tahun 1970an, ketika beliau berkunjung ke beberapa negara , beliau menjumpai pusat kebudayaan dan kesenian yang begitu maju dan hidup dengan didukung oleh sarana prasarana yang sangat memadai, seperti gedung pertunjukkan, galeri seni, teater terbuka, ruang workshop, dan lain-lain yang sangat integratif.
Hal itulah yang kemudian memberikan inspirasi untuk mendirikan pusat kebudayaan di seluruh propinsi di Indonesia sebagai “Etalase” seni budaya yang ada di daerah.
Taman Budaya ialah fasilitas rekreasi dan sekaligus sebagai wadah kegiatan seni dan budaya yang mempertimbangkan lingkungan budaya sebagai pendukung penciptaan suasana yang rekreatif baik pada karakter ruang luar maupun ruang di dalam bangunan.
Taman Budaya memiliki tugas tugas untuk menjaga, merawat dan membina kesenian daerah yang ada, mengarahkan seniman dan masyarakat supaya mengetahui arti dan fungsi seni budaya daerah sebagai dasar bagi perkembangan seni budaya nasional.
Taman Budaya memiliki fungsi untuk melaksanakan kegiatan pengolahan atau ekspenentasi seni, melaksanakan pagelaran dan pameran seni dan melaksanakan ceramah, temu karya, sarasehan, lokakarya, publikasi dan informasi.
Taman budaya memiliki beberapa unsur yang terlibat di dalamnya, antara lain:
Sedangkan macam-macam program kegiatan yang diselenggarakan di taman budaya dapat dibedakan berdasarkan tujuan dan bentuk kegiatannya.
Program kegiatan yang ada dalam taman dalam definisi budaya berdasarkan tujuan, terdiri atas:
Program kegiatan Taman Budaya berdasarkan bentuk kegiatannya, terdiri atas:
Adapun definisi taman budaya menurut para ahli, antara lain:
Almudena Orejas (2001: 6)
Almudena Orejas adalah seorang arkeolog yang mengmukakan bahwa Taman Budaya adalah instrumen koordinasi warisan budaya.
Rubio Terrado (2008: 26)
Rubio Terrado adalah seorang geographer yang mengemukakan bahwa Taman Budaya ialah sebuah usulan perencanaan tata ruang di daerah pedesaan.
Daly (2003: 2)
Darly adalah seorang promotor National Heritage Areas (NHA) dari Amerika Serikat yang mengemukakan bahwa Taman Budaya ialah inisiatif daerah yang dinamis, yang membangun hubungan antara orang, tempat, dan sejarah mereka.
Bustamante dan Ponce (2004: 10)
Kedua tokoh tersebut adalah perencana tata kota yang mengemukakan bahwa Taman Budaya ialah proyek yang berusaha membangun citra identitas daerah.
Sabaté (2009: 21-22)
Sabate adalah seorang arsitektur yang menganggap Taman Budaya sebagai instrumen untuk memproyeksikan dan mengelola Lanskap Budaya (Cultural Landscape), yang cakupannya tidak hanya pelestarian warisan budaya atau promosi pendidikan, tetapi juga untuk mendukung pembangunan ekonomi dengan memanfaatkan budaya lokal.
Beberapa hal yang perlu diketahui tentang taman budaya, diantaranya yaitu:
Karakteristik interdisipliner kajian tentang taman budaya itulah yang pada gilirannya turut berpengaruh pada cara mendefinisikan taman budaya sebagaimana yang telah dipaparkan di atas.
Berikut ini beberapa contoh taman budaya yang ada di Indonesia dan negara lainnya, antara lain:
Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) atau Taman Budaya Surakarta (TBS)
TBJT atau TBS merupakan suatu tempat yang menjadi wadah pengembangan, penelitian, dokumentasi, dan apresiasi seni-budaya Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Kompleks bangunannya berdiri di atas lahan seluas 5 hektar.
Taman budaya Jawa Tengah ini terletak di Kentingan, Surakarta, yang berdampingan dengan dua kampus yaitu Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) dan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.
Berbagai macam acara seni dan budaya digelar di tempat ini, baik berupa berbagai jenis arti tradisi, modern maupun seni kontemporer. Bukan hanya terbatas pada seni pertunjukan, di TBJT juga sering diselenggarakan acara pameran seni rupa, pameran fotografi, pemutaran film, dan berbagai forum diskusi seni budaya.
Kompleks TBJT mempunyai banyak gedung yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan kesenian. Pendopo Ageng yang letaknya paling depan di antara bangunan lainnya di TBJT sering menjadi tempat pertunjukan wayang kulit Jum’at Kliwon, keroncong Asli dan dan pergelaran kesenian lainnya.
Taman Budaya Yogyakarta (TBY)
Taman Budaya Yogjakarta atau Taman Budaya Ngayogyakarta merupakan sarana wisata yang terletak di Jalan Sri Wedani No 1, Yogyakarta. TBY adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) pada Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki fungsi sebagai sebagai pusat budaya termasuk di dalamnya pengembangan dan pengolahan pusat dokumentasi, etalase, dan informasi seni budaya dan pariwisata.
TBY dibangun pada tanggal 11 Maret 1977 dengan nama Purna Budaya yang berlokasi di sekitar kawasan Universitas Gadjah Mada. Purna Budaya diresmikan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Selain TBY, bedasarkan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1978, didirikan juga pusat-pusat kebudayaan di beberapa provinsi di Indonesia dengan nama Taman Budaya.
Purna Budaya mempunyai dua bangunan, yaitu Pundi Wurya dan Langembara. Pundi Wurya mempunyai fasilitas seperti panggung kesenian, studio tari, perpustakaan, ruang diskusi, dan administrasi. Sedangkan Langembara menjadi ruang untuk pameran, workshop, kantin, dan juga beberapa guest house.
Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana
Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana atau GWK merupakan taman budaya yang berlokasi di Ungasan, Badung di pulau Bali. Ini dikhususkan untuk Dewa Wisnu, dan tunggangannya, burung Garuda, yang menurut mitos burung ini menjadi temannya. GWK didirikan sebagai landmark atau maskot Bali. Pembangunan patung Wisnu raksasa mengendarai gunung Garuda, setinggi 120 meter selesai pada Agustus 2018.
Taman ini memiliki luas tanah sekitar 60 hektar dan terletak di ketinggian 263 meter dpl. Di daerah itu juga ada patung Garuda yang berada tepat di belakang Plaza Wisnu. Garuda Plaza adalah tempat patung Garuda setinggi 18 meter ditempatkan sementara. Garuda Plaza adalah titik fokus dari koridor besar pilar kapur berukir yang mencakup ruang terbuka seluas lebih dari 4000 meter persegi, yaitu Lotus Pond.
Dengan kapasitas ruang yang mampu menampung hingga 7.000 orang, Lotus Pond telah mendapatkan reputasi sebagai tempat untuk mengadakan acara besar dan acara internasional. Ada juga patung tangan Wisnu yang merupakan bagian dari patung Dewa Wisnu.
Amphitheatre taman memiliki relief yang menggambarkan kisah Garuda Wisnu di depannya. Lotus Pond juga memiliki patung-patung besar dengan deskripsi terukir di atasnya. Taman Budaya GWK mengatur tujuh pertunjukan tari setiap hari untuk pengunjung.
Tarian yang ditampilkan adalah Bali, Keris Barong, Nusantara, Balet Garuda Wisnu dan Kecak Garuda Wisnu, dengan penampilan pertama dijadwalkan pada pukul 10 pagi dan yang terakhir pada pukul 6:30 malam.
Taman Budaya Aborigin Taiwan
Taman Budaya Aborigin terletak di sisi selatan Sungai Jhihliao, yang berpotongan antara Majia Township dan Sandimen. Di dekat penanda 19 km di Jalan Provinsi Taiwan No. 24, belok kanan ke 3,5 km dari Rute Pedesaan Pingtung No. 35.
Taman ini tepatnya berada di Desa Beiye, Kabupaten Pingtung. Awalnya bernama Majia Aboriginal Culture Village karena terletak di persimpangan tiga kota asli Sandimen, Majia, dan Wutai. Hanya 24 km dari Kota Pingtung. Taman ini didirikan pada tahun 1985, meliputi sekitar 82 hektar dan melestarikan budaya asli 16 suku Taiwan.
Taman budaya ini dibagi menjadi empat area, yaitu daerah penyambutan, Distrik Tamaluwan, Distrik Naluwan, dan Distrik Fuguwan. Ketinggiannya antara 145m dan 220m; bentuk lahan agak kasar. Area sambutannya tepat di pintu masuk, dengan fasilitas yang menampilkan peninggalan bersejarah, Aula Kerajinan Tangan, Aula Audio & Visual, Aula Pameran Khusus berbentuk oktagon, dan kantor untuk pusat Informasi.
Baik Distrik Tamaluwan dan Fuguwan memamerkan bangunan tradisional asli mereka dan menunjukkan gaya dan daya tarik budaya suku tersebut. Di Distrik Naluwan, ada tempat untuk pertunjukan tarian dan nyanyian tradisional, teater melingkar 360 derajat dan ruang pameran patung dan gaya hidup dari 16 suku di Taiwan.
Demikianlah materi yang dapat kami tuliskan kepada segenap pembaca sekalian terkait dengan pengertian taman budaya menurut para ahli, ciri-ciri, dan contohnya di masyarakat Indonesia dan Dunia. Semoga bermanfaat, trimakasih.
Pada dasarnya memang tak dapat memberikan definisi esensialis tentang "apa itu taman budaya". Hal ini disebabkan oleh beragamnya peraturan perundang-undangan, konteks akademik, administratif, dan sosial-ekonomi serta percampuran kerangka kerja manajemen sebelumnya. Akan tetapi, secara sederhana Taman Budaya dapat diartikan sebagai suatu area yang mewadahi kegiatan kesenian dan kebudayaan. Untuk memperjelas pemahaman kita tentang taman budaya, artikel ini akan mengulas tentang pengertian taman budaya, ciri-ciri, dan contohnya.
Taman Budaya
Kata “Taman” (garden) bisa ditelusuri pada bahasa Ibrani “gan”, yang artinya melindungi dan mempertahankan; menyatakan secara tidak langsung hal pemagaran atau lahan berpagar, dan “oden” atau “eden”, yang artinya kesenangan atau kegembiraan.
Jadi, dalam Bahasa Inggris kata “garden” merupakan penggabungan dari kedua kata tersebut, yang artinya sebidang lahan berpagar yang digunakan untuk kesenangan dan kegembiraan. Pada umumnya digunakann untuk olah raga, bermain, bersantai dan sebagainya.
Kata “Budaya” berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “buddhayah”. Ini merupakan bentuk jamak dari “buddhi” (budi atau akal) yang dapat diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Sehingga apabila kedua kata tersebut, yaitu taman dan budaya digabungkan menghasilkan istilah baru yaitu Taman Budaya, yang dapat didefinisikan sebagai gabungan antara ruang terbuka dengan fasilitas gedung pertunjukan sebagai sarana pertunjukan.
Berdirinya Taman Budaya diawali dari munculnya sebuah gagasan, yang kemudian memiliki peran besar terhadap lahirnya Taman Budaya. Gagasan tersebut berasal dari Ida Bagus Mantra, yang saat itu menjabat sebagai Direktur Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan .
Skitar awal tahun 1970an, ketika beliau berkunjung ke beberapa negara , beliau menjumpai pusat kebudayaan dan kesenian yang begitu maju dan hidup dengan didukung oleh sarana prasarana yang sangat memadai, seperti gedung pertunjukkan, galeri seni, teater terbuka, ruang workshop, dan lain-lain yang sangat integratif.
Hal itulah yang kemudian memberikan inspirasi untuk mendirikan pusat kebudayaan di seluruh propinsi di Indonesia sebagai “Etalase” seni budaya yang ada di daerah.
Pengertian Taman Budaya
Taman Budaya ialah fasilitas rekreasi dan sekaligus sebagai wadah kegiatan seni dan budaya yang mempertimbangkan lingkungan budaya sebagai pendukung penciptaan suasana yang rekreatif baik pada karakter ruang luar maupun ruang di dalam bangunan.
Taman Budaya memiliki tugas tugas untuk menjaga, merawat dan membina kesenian daerah yang ada, mengarahkan seniman dan masyarakat supaya mengetahui arti dan fungsi seni budaya daerah sebagai dasar bagi perkembangan seni budaya nasional.
Taman Budaya memiliki fungsi untuk melaksanakan kegiatan pengolahan atau ekspenentasi seni, melaksanakan pagelaran dan pameran seni dan melaksanakan ceramah, temu karya, sarasehan, lokakarya, publikasi dan informasi.
Taman budaya memiliki beberapa unsur yang terlibat di dalamnya, antara lain:
- Seniman dan kelompok kesenian, ialah pihak yang menciptakan, memerankan, mengolah karya seni yang dapat dikomumkasikan ke masyarakat luas.
- Pengelola dan pelindung kehidupan seni budaya, ialah pihak pemerintah atau lembaga yang bertanggungjawab pada pemeliharaan dan pengelolaan yaitu Depdikbud, Instuisi Taman Budaya dan Yayasan yang peduli terhadap kebudayaan.
- Kntikus, ialah pihak pemerhati seni yang memberikan kritik terhadap suatu karya seni dan perkembangannya, juga berperan sebagai orang yang memberikan atau mengenalkan apresiasi seni pada masyarakat.
- Masyarakat pemerhati seni budaya, ialah yang berperan sebagai umpan balik terhadap karya seni yang dihasilkan para seniman dan sebagai pendorong perkembangan karya seni.
- Karya seni, ialah produk yang dihasilkan dan upaya olah seni yang menjadi titik simpul atau pengikat hubungan dan ketiga unsur apresiatif yang telah disebutkan diatas.
Sedangkan macam-macam program kegiatan yang diselenggarakan di taman budaya dapat dibedakan berdasarkan tujuan dan bentuk kegiatannya.
Program kegiatan yang ada dalam taman dalam definisi budaya berdasarkan tujuan, terdiri atas:
- Pelestarian, artinya kegiatan yang mempelajari kebudayaan-kebudayaan dan karyakarya seni yang asli untuk dilestarikan.
- Pembinaan, artinya membina para seniman dan masyarakat untuk mengerti, mengetahui dan membuat karya-karya seni yang baik.
- Pengembangan, artinya mengembangkan kegiatan kesenian yang berpatokan pada kesenian tradisional untuk menciptakan suatu ide kesenian yang baru tanpa menghilangkan kesenian tradisionalnya.
Program kegiatan Taman Budaya berdasarkan bentuk kegiatannya, terdiri atas:
- Kegiatan pementasan, yaitu kegiatan yang menampilkan suatu karya seni yang memerlukan suatu pertunjukan untuk menunjukan karakter karya seninya, seperti seni tari, seni drama dan seni musik.
- Pameran, yaitu suatu ajang memamerkan karya-karya seni untuk dilihat dan dinikmati keindahanya.
- Kegiatan studi seni budaya, yaitu kegiatan pelatihan dan pengembangan seni budaya.
- Kegiatan pengelolaan, yaitu kegiatan untuk melaksanakan oprasional taman budaya.
- Kegiatan penunjang, yaitu masalah pelayanan, promosi dan publikasi.
Pengertian Taman Budaya Manurut Para Ahli
Adapun definisi taman budaya menurut para ahli, antara lain:
Almudena Orejas (2001: 6)
Almudena Orejas adalah seorang arkeolog yang mengmukakan bahwa Taman Budaya adalah instrumen koordinasi warisan budaya.
Rubio Terrado (2008: 26)
Rubio Terrado adalah seorang geographer yang mengemukakan bahwa Taman Budaya ialah sebuah usulan perencanaan tata ruang di daerah pedesaan.
Daly (2003: 2)
Darly adalah seorang promotor National Heritage Areas (NHA) dari Amerika Serikat yang mengemukakan bahwa Taman Budaya ialah inisiatif daerah yang dinamis, yang membangun hubungan antara orang, tempat, dan sejarah mereka.
Bustamante dan Ponce (2004: 10)
Kedua tokoh tersebut adalah perencana tata kota yang mengemukakan bahwa Taman Budaya ialah proyek yang berusaha membangun citra identitas daerah.
Sabaté (2009: 21-22)
Sabate adalah seorang arsitektur yang menganggap Taman Budaya sebagai instrumen untuk memproyeksikan dan mengelola Lanskap Budaya (Cultural Landscape), yang cakupannya tidak hanya pelestarian warisan budaya atau promosi pendidikan, tetapi juga untuk mendukung pembangunan ekonomi dengan memanfaatkan budaya lokal.
Ciri Taman Budaya
Beberapa hal yang perlu diketahui tentang taman budaya, diantaranya yaitu:
- Studi tentang taman budaya atau cultural park melibatkan beragam disiplin ilmu. González (2013: 1-2) berpendapat bahwa taman budaya merupakan contoh terbaik dari apa yang disebut Law dan Mol (2002) sebagai “benda licin” (slippery objects).
- Dalam sebuah Taman Budaya, tidak mungkin untuk memisahkan antara aspek yang satu dengan aspek lain atau menganalisis setiap elemen secara terpisah, karena perencanaan tata ruang (spatial planning), pariwisata (tourism), organisasi kelembagaan (institutional organization), pengelolaan museum dan cagar budaya (heritage and museum management), berinteraksi sedemikian rupa sehingga tidak mungkin untuk menentukan area aktivitas yang tepat bagi setiap disiplin.
- Sehingga dapat dikatakan bahwa taman budaya bisa memiliki makna yang berbeda tergantung pada akar disiplin dari penulis yang mengkajinya. Taman budaya bisa menjadi instrumen perencanaan tata ruang, pelayanan cagar budaya atau vektor untuk daya tarik pariwisata.
- Secara paralel, taman budaya bisa diartikulasikan secara berbeda di tingkat lokal tergantung pada siapa yang merencanakan dan mendukungnya, untuk tujuan apa dan dalam konteks apa.
Karakteristik interdisipliner kajian tentang taman budaya itulah yang pada gilirannya turut berpengaruh pada cara mendefinisikan taman budaya sebagaimana yang telah dipaparkan di atas.
Contoh taman Budaya
Berikut ini beberapa contoh taman budaya yang ada di Indonesia dan negara lainnya, antara lain:
Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) atau Taman Budaya Surakarta (TBS)
TBJT atau TBS merupakan suatu tempat yang menjadi wadah pengembangan, penelitian, dokumentasi, dan apresiasi seni-budaya Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Kompleks bangunannya berdiri di atas lahan seluas 5 hektar.
Taman budaya Jawa Tengah ini terletak di Kentingan, Surakarta, yang berdampingan dengan dua kampus yaitu Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) dan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.
Berbagai macam acara seni dan budaya digelar di tempat ini, baik berupa berbagai jenis arti tradisi, modern maupun seni kontemporer. Bukan hanya terbatas pada seni pertunjukan, di TBJT juga sering diselenggarakan acara pameran seni rupa, pameran fotografi, pemutaran film, dan berbagai forum diskusi seni budaya.
Kompleks TBJT mempunyai banyak gedung yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan kesenian. Pendopo Ageng yang letaknya paling depan di antara bangunan lainnya di TBJT sering menjadi tempat pertunjukan wayang kulit Jum’at Kliwon, keroncong Asli dan dan pergelaran kesenian lainnya.
Taman Budaya Yogyakarta (TBY)
Taman Budaya Yogjakarta atau Taman Budaya Ngayogyakarta merupakan sarana wisata yang terletak di Jalan Sri Wedani No 1, Yogyakarta. TBY adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) pada Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki fungsi sebagai sebagai pusat budaya termasuk di dalamnya pengembangan dan pengolahan pusat dokumentasi, etalase, dan informasi seni budaya dan pariwisata.
TBY dibangun pada tanggal 11 Maret 1977 dengan nama Purna Budaya yang berlokasi di sekitar kawasan Universitas Gadjah Mada. Purna Budaya diresmikan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Selain TBY, bedasarkan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1978, didirikan juga pusat-pusat kebudayaan di beberapa provinsi di Indonesia dengan nama Taman Budaya.
Purna Budaya mempunyai dua bangunan, yaitu Pundi Wurya dan Langembara. Pundi Wurya mempunyai fasilitas seperti panggung kesenian, studio tari, perpustakaan, ruang diskusi, dan administrasi. Sedangkan Langembara menjadi ruang untuk pameran, workshop, kantin, dan juga beberapa guest house.
Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana
Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana atau GWK merupakan taman budaya yang berlokasi di Ungasan, Badung di pulau Bali. Ini dikhususkan untuk Dewa Wisnu, dan tunggangannya, burung Garuda, yang menurut mitos burung ini menjadi temannya. GWK didirikan sebagai landmark atau maskot Bali. Pembangunan patung Wisnu raksasa mengendarai gunung Garuda, setinggi 120 meter selesai pada Agustus 2018.
Taman ini memiliki luas tanah sekitar 60 hektar dan terletak di ketinggian 263 meter dpl. Di daerah itu juga ada patung Garuda yang berada tepat di belakang Plaza Wisnu. Garuda Plaza adalah tempat patung Garuda setinggi 18 meter ditempatkan sementara. Garuda Plaza adalah titik fokus dari koridor besar pilar kapur berukir yang mencakup ruang terbuka seluas lebih dari 4000 meter persegi, yaitu Lotus Pond.
Dengan kapasitas ruang yang mampu menampung hingga 7.000 orang, Lotus Pond telah mendapatkan reputasi sebagai tempat untuk mengadakan acara besar dan acara internasional. Ada juga patung tangan Wisnu yang merupakan bagian dari patung Dewa Wisnu.
Amphitheatre taman memiliki relief yang menggambarkan kisah Garuda Wisnu di depannya. Lotus Pond juga memiliki patung-patung besar dengan deskripsi terukir di atasnya. Taman Budaya GWK mengatur tujuh pertunjukan tari setiap hari untuk pengunjung.
Tarian yang ditampilkan adalah Bali, Keris Barong, Nusantara, Balet Garuda Wisnu dan Kecak Garuda Wisnu, dengan penampilan pertama dijadwalkan pada pukul 10 pagi dan yang terakhir pada pukul 6:30 malam.
Taman Budaya Aborigin Taiwan
Taman Budaya Aborigin terletak di sisi selatan Sungai Jhihliao, yang berpotongan antara Majia Township dan Sandimen. Di dekat penanda 19 km di Jalan Provinsi Taiwan No. 24, belok kanan ke 3,5 km dari Rute Pedesaan Pingtung No. 35.
Taman ini tepatnya berada di Desa Beiye, Kabupaten Pingtung. Awalnya bernama Majia Aboriginal Culture Village karena terletak di persimpangan tiga kota asli Sandimen, Majia, dan Wutai. Hanya 24 km dari Kota Pingtung. Taman ini didirikan pada tahun 1985, meliputi sekitar 82 hektar dan melestarikan budaya asli 16 suku Taiwan.
Taman budaya ini dibagi menjadi empat area, yaitu daerah penyambutan, Distrik Tamaluwan, Distrik Naluwan, dan Distrik Fuguwan. Ketinggiannya antara 145m dan 220m; bentuk lahan agak kasar. Area sambutannya tepat di pintu masuk, dengan fasilitas yang menampilkan peninggalan bersejarah, Aula Kerajinan Tangan, Aula Audio & Visual, Aula Pameran Khusus berbentuk oktagon, dan kantor untuk pusat Informasi.
Baik Distrik Tamaluwan dan Fuguwan memamerkan bangunan tradisional asli mereka dan menunjukkan gaya dan daya tarik budaya suku tersebut. Di Distrik Naluwan, ada tempat untuk pertunjukan tarian dan nyanyian tradisional, teater melingkar 360 derajat dan ruang pameran patung dan gaya hidup dari 16 suku di Taiwan.
Demikianlah materi yang dapat kami tuliskan kepada segenap pembaca sekalian terkait dengan pengertian taman budaya menurut para ahli, ciri-ciri, dan contohnya di masyarakat Indonesia dan Dunia. Semoga bermanfaat, trimakasih.
Belum ada Komentar untuk "Pengertian Taman Budaya, Ciri, dan Contohnya"
Posting Komentar