Indahnya Keharmonisan di Bengkala, Desa Tuli-Bisu yang Menginspirasi
“ Diam adalah emas”.Kata-kata ini tidak hanya berlaku secara pepatah, tapi sungguh terjadi di desa ini.
Bengkala adalah desa kecil yang terletak di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali.
Desa ini memiliki puluhan warga yang tuli-bisu, yang dalam bahasa Bali disebut “kolok ningeh”. Dari total sekitar 3003 penduduk Bengkala, 44 diantaranya memiliki kondisi tuli-bisu. Kondisi ini berhubungan dari faktor genetik dimana kedua orangtuanya menderita kolok, sehingga anaknya juga mengalami kolok dan hal ini menurun ke beberapa generasi berikutnya.
Penyebabnya adalah terdapat gen resesif bernama DFNB3 yang terdeteksi di Bengkala dalam rentang tujuh tahun terakhir. Ada pandangan mitos, yakni dimana dalam satu desa terdapat dua kelompok yang berbeda keyakinan dimana satu kelompok menyembah dewa tertentu, namun kelompok yang satunya menentang menyembah dewa tersebut.
Akhirnya, kelompok yang tidak ingin menyembah dewa tersebut keluar dari desa dan memutuskan pergi dengan membawa emas. Kelompok yang satunya berusaha menyelesaikan permasalahan ini dan berusaha memanggil kelompok yang akan pergi dari desa, namun setiap panggilan tak disahut bahkan tidak berpaling sedikitpun.
Kelompok yang bertahan di desa marah dan mengutuk kelompok itu supaya keturunan mereka tidak dapat mendengar dan berbicara. Konon, kelompok yang keluar dari desa kini menetap di desa Bengkala. Mitos ini membuat warga setempat pada awalnya menganggap gangguan pendengaran sebagai kutukan.
Beradaptasi dengan lingkungan yang unik, warga Bengkala pun membuat Kata Kolok, yaitu bahasa isyarat lokal untuk berkomunikasi dengan orang-orang tuli bisu di sekitar mereka. Kata Kolok berbeda dari bahasa isyarat lainnya di dunia, karena hanya merekalah yang bisa memahaminya.
80 persen warga Bengkala bisa berkomunikasi dalam Kata Kolok. Di sekolah, siswa Sekolah Dasar diajarkan Kata Kolok sejak kelas 1 hingga kelas 6. Siswa tuli-bisu dengan siswa yang bisa mendengar diperlakukan sama.
Guru-guru di sekolah mengajarkan pelajaran dalam 2 bahasa, yakni Kata Kolok dan bahasa lisan. Kata Kolok diajarkan sejak dini untuk menanamkan rasa hormat dan saling menghargai kepada penyandang tuli-bisu, teruma teman sebayanya.
Di sisi lain, penggunaan Kata Kolok diperlukan sebab penduduk dengan pendengaran normal membawa 10 persen gen resesif dalam diri mereka dan berpeluang memiliki anak yang tuli sejak lahir.
Warga tuli-bisu dibantu untuk dapat berperan aktif dan berpastisipasi di masyarakat. Salah satunya dengan pertunjukkan Janger Kolok, yang merupakan tarian Janger pada umumnya, namun semua penarinya adalah warga tuli-bisu.
Untuk tarian, hanya menggunakan alat musik kendang sebagai pengatur irama. Tarian ini cukup populer dan ditonton wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali. Desa ini menjadi contoh yang sangat berkesan tentang betapa indahnya ketika setiap orang saling menghargai, melengkapi, dan menjalin keharmonisan.
Sayangnya, belum banyak yang mengetahui tempat ini karena jarangnya media yang meliput Bengkala, baik dari televisi, koran, dan radio. Diharapkan dengan berbagai gencatan promosi dari pemerintah, media, dan warga setempat, akan lebih banyak warga Indonesia dan wisatawan mancanegara menyadari betapa spesialnya Bengkala.
Tingginya pariwisata akan membantu warga Bengkala yang masih berada di garis kemiskinan. Berkunjung ke Bali? Jangan lupa ke Bengkala dan resapi pelajaran berharga,ya!
Nah, itulah tadi serangkaian artikel yang menjelaskan tentang Desa Tuli-Bisu Bengkala. Semoga tulisan yang dikirimkan oleh Hana Rafidah ini bisa memberikan wawasan serta menambah pengetahuan bagi segenap pembaca. Terimakasih,
Waw bagus saya sangat terinspirasi, lanjutkan
BalasHapusGood job
BalasHapusYo Yo ayo
BalasHapusYo ayo Yo
BalasHapusUp
BalasHapusSaya pengemar beratmu!!!! Ulululu
BalasHapusTerus fokus
BalasHapusSatu titik
BalasHapusTitik itu
BalasHapusKita kejar
BalasHapusLampaui batas
BalasHapusBagus bagetttt ya ampun !!! - from Jakarta
BalasHapusBagus bagetttt ya ampun !!! - from Depok
BalasHapusBagus bagetttt ya ampun !!! - from Bogor
BalasHapusBagus bagetttt ya ampun !!! - from Tanggerang
BalasHapusBagus bagetttt ya ampun !!! - from Bekasi
BalasHapusBagus bagetttt ya ampun !!! - from Bandung
BalasHapusBagus bagetttt ya ampun !!! - from Surabaya
BalasHapusBagus bagetttt ya ampun !!! - from Medan
BalasHapusBagus bagetttt ya ampun !!! - from Makassar
BalasHapusBagus bagetttt ya ampun !!! - from Semarang
BalasHapusSaya dari Pekanbaru rencananya liburan ini saya akan berlibur ke bali, ini bisa jadi destinasi liburan saya dan keluarga... Terimakasih ilmubudaya.com❤️❤️
BalasHapusSaya guru dari adinda penulis dan saya sangat bangga jika adinda memenangkan lomba ini. Mohon maaf revisi itu penulisnya "Hana Rafidah" bukan Dina Aprianti
BalasHapusSaya dari Batam ini bisa jadi refrensi saya kalau berlibur ke Bali karena bisa melihat kondisi saudara kita yang keterbatasan terimakasih ilmubudaya.com
BalasHapusSemangat
BalasHapusjujur saya baru mengetahui bengkala setelah membaca artikel ini. hal ini juga bisa menjadi referensi kita saat berkunjung ke bali
BalasHapusDestinasi rekomendasi yang bagus. Good , hana. -dari azwin di pekanbaru
BalasHapusGreat job, Hana!
BalasHapusArtikel ini menambah pengetahuanku tentang keanekaragaman di Indonesia
Selain itu, artikel ini menjelaskan dari segi sains dan juga terdapat pandangan mitos tentang penyebab Bisu-Tuli di Bengkala
Semoga saudara kita di Bengkala tetap semangat meskipun dengan ketidaksempurnaan alat indra nya dan masyarakat juga terus mendukung mereka
BalasHapusSemangat hana, semoga artikel ini bermanfaat untuk orang banyak.
Semoga Hana bisa memenangkan lomba menulis artikel kali ini dan tetap mengembangkan karya hebat lainnya :)
Makin banyak ilmu yang saya dapat dengan mrmbaca, awalnya saya tidak tau bahwa ada desa Tuli yang ada di Indonesia
BalasHapusArtikel ini menambahkan pengetahuanku karnea menjelaskan secara biologis bahwa penyebab mereka bisu dan tuli dikarenakan faktor genetik dan menjelaskan secara mitos (cerita menurut orang orang sekitar) selain itu ini dapat dijadikan referensi destinasi jika berlibur ke Bali. You are the best!
BalasHapusNice article
BalasHapusKeep spirit hana ❤.
Saya jadi tau bahwa ada desa tuli di indonesia
nice
BalasHapusnice article
BalasHapuskeren! semangatt
BalasHapussemangat yaa hana! semoga bisa membawa manfaat bagi banyak orang, aamiin🙏🏼
BalasHapusArtikelnya bagus
BalasHapuskerenn, inspiratif semangaat!!
BalasHapusAih mantap arkitel nya eh artikel
BalasHapusBgs bgttt
BalasHapusKeren
BalasHapusBagus banget ya ampun han.tetap semangat hana❤
BalasHapusBagus bengett aktikelnya, saya pribadi merasa tertarik untuk mengunjungi desa tuli bisu disana:)
BalasHapusBagus bengett aktikelnya, saya pribadi merasa tertarik untuk mengunjungi desa tuli bisu disana:)
BalasHapusWow sangat menarik. Artikel ini membuka salah satu sisi dunia yang sebelumnya jarang terungkap.
BalasHapusHana, lanjutkan..... #walasannajmistro
BalasHapusGoodluck hana... Good artikel
BalasHapusKeren banget hana 😀👌
BalasHapusSemoga bisa jadi inspirasi para pembaca nya
wah bagus banget keren, kreatif.
BalasHapussemoga bisa jadi inspirasi banyak orang 👍🏻👏🏻
keren artikelnya. semangat terus!!
BalasHapusKeren..lanjutkan han
BalasHapusWah keren kak Hana artikelnya.. very enlighting... Keep up the good job.
BalasHapusSukses terus kak
BalasHapusBacaan ringan tapi kaya informasi.. keep the spirit kaka hana... love from tdc
BalasHapusArtikelnya Menarik
BalasHapusAwesome!
BalasHapusGood job kak Hana...
BalasHapusArtikel ini sangat bagus dan menginspirasi serta memberikan pengetahuan yang jarang terungkap oleh media.
Alhamdulillah dengan baca artikel ini memperkaya pengetahuanku
Bermanfaat sekali!!!
BalasHapusKeren artikelnya!!
BalasHapusBagus banget..👍👍
BalasHapusBagus artikelnya memperluas wawasan..
BalasHapusBagus artikelnya..sangat bermanfaat menambah wawasan 😊
BalasHapusMantap...bisa menambah wawasaan.
BalasHapusBaguss
BalasHapusBagus bgt artikelnya sangat bermanfaat buat mengenal budaya indonesia khususnya di Bali yg smua org blm tentu tahu
BalasHapusExcellent, tks sdh menambah wawasan pariwisata dan budaya saya, good jon
BalasHapusbagus sekali tema yang diangkat, toleransi dalam sistem yang dibuat di desa tsb sangat menginspirasi
BalasHapusrancak nyo artikel koo yoo sabana mantap, harus trending ko maa
BalasHapusWah mantap!
BalasHapusMasyallah saya bercita cita menjdi guru slb. Jdi sangt tertriķ untuk berkunjung kesana #fromSMANDE
BalasHapus