Yuk, Nyaneut di Garut !
Siapa yang tak kenal dengan Kota Garut? Kota yang menyajikan berbagai kenangan manis dan lengket seperti Dodol Garut ini ternyata menyimpan berbagai macam wisata, seni, tradisi dan kebudayaan. Salah satunya adalah tradisi nyaneut.
Bagi sebagian orang khususnya yang baru pertama mendengar, kata ini mungkin terasa asing atau terkesan aneh dan lucu. Akan tetapi, bagi masyarakat Sunda khususnya di Garut. tradisi ini sudah ada pada abad ke – 19, sejak dibukanya perkebunan teh di Cigedug dan Bayongbong, Garut, Jawa Barat.
Bagi warga Cigedug dan sekitarnya di Garut, tradisi meminum teh ini disebut dengan nyaneut. Nyaneut merupakan singkatan dari nyai haneut atau cai haneut yang artinya air hangat. Proses yang digunakan dalam tradisi nyaneut ini masih terbilang tradisional.
Pertama – tama air akan dimasak di atas anglo, yakni tungku tanah liat dengan bahan bakar berupa arang. Air panas ini kemudian diisikan ke dalam poci yang terbuat dari tanah liat. Selanjutnya, satu sendok makan teh kejek dimasukkan ke dalam poci.
Teh kejek merupakan teh khas Cigedug dan sekitarnya. Penamaan teh kejek diambil dari cara pembuatan tehnya dengan cara diinjak atau dalam Bahasa Sunda, dikejek. Setelah didiamkan beberapa saat, teh dituangkan ke dalam cangkir yang terbuat dari batok kelapa atau cangkir seng khas tempo dulu.
Sebagai pendamping teh, biasanya disajikan pula makanan ringan seperti singkong, ubi, kacang tanah dan pisang, yang semuanya juga dikukus di atas anglo. Uniknya, semua makanan ringan tersebut disajikan bersama potongan gula merah. Gula merah itu nantinya dapat dipakai untuk mempermanis teh atau dimakan bersama semua makanan ringan tersebut sebagai cocolan.
Sama halnya dengan budaya minum teh di berbagai negara yang memiliki tata cara dalam meminum teh, nyaneut juga memiliki cara tersendiri dalam menikmati tehnya. Adapun prosesi nyaneut diawali dengan memutar gelas teh di telapak tangan sebanyak dua kali, setelah itu aroma teh harus dihirup terlebih dahulu sekira tiga kali, baru kemudian teh boleh dinikmati.
Akan tetapi sayang seribu sayang saat ini budaya nyaneut perlahan – lahan mulai punah tergerus oleh jaman. Generasi muda saat ini lebih suka minuman bersoda ketimbang minum teh. Minum teh bahkan dianggap sebagai suatu tradisi yang ketinggalan zaman dan hanya dilakukan oleh orang – orang tua.
Padahal tradisi tersebut secara filosofis bukan hanya sekadar minum teh untuk kesegaran dan menghangatkan tubuh. Namun, berisi nilai kearifan lokal silaturahmi, sambung rasa dan membangun jaringan kekerabatan antar sesama.
Adanya keprihatinan inilah yang kemudian membuat beberapa orang khususnya warga Desa Cigedug berupaya untuk mengembalikan kembali tradisi nyaneut. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengelar acara Festival Nyaneut.
Tujuan utama dari acara tersebut adalah menyadarkan kembali warga Sunda terhadap budaya minum teh yang menjadi budaya leluhur, serta memperkenalkan kepada khalayak bahwa Indonesia sebagai negara penghasil the terbaik juga memiliki ritual minum teh yang unik.
Di samping itu, dalam acara Festival Nyaneut disajikan pula pagelaran kesenian dan kuliner Buhun Garut. Terdapat lima pergelaran kesenian yang ditampilkan yaitu tari, musik kolaborasi etnis & Rampak Gendang, Kacapi Lawak, Pagelaran Wayang Golek, dan aneka Kaulinan Barudak.
Sementara acara Kuliner Buhun Garut menyuguhkan kuliner dan makanan khas dari daerah –daerah yang tentunya hanya ada di Kabupaten Garut seperti burayot, wajit, dodol, ladu, bugis, kelepon, dan makanan olahan lainnya. Para warga berharap agar melalui Festival Nyaneut ini kebiasaan baik dan nilai kearifan lokal itu dapat hadir kembali di masyarakat,
Demikian tadi serangkaian artikel yang menjelaskan tentang Festival Nyaneut Garut. Semoga tulisan yang dikirimkan oleh Livia C ini bisa memberikan wawasan serta menambah pengetahuan bagi segenap pembaca. Terimakasih,
Wahh, terimakasih tulisannya Livia Christabella!
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBudaya yang sederhana dimana kita bisa duduk dalam satu meja menikmati secangkir teh sembari bertukar cerita dan pikiran tanpa diganggu oleh gadget.
HapusMantul ��
BalasHapusArtikelnya menarik dan "engaging", seakan-akan membujuk pembaca untuk menghadiri festival nyaneut, bersama pasangan, kerabat, dan keluarga. Namun di akhir artikel digunakan kalimat penutup yang memberi kesan yang berbeda dari penulis karena seperti mencoba mencuatkan namanya sendiri, bukan festivalnya yang adalah bintang utama artikel ini. Sungguh disayangkan
BalasHapusMantappp
BalasHapusYeah jadi ngiler membayangkan nikmatnya nyaneut.Semoga tulisan Livia yang menambah wawasan ini dapat ikut melestarikan tradisi nyaneut khususnya Festival Nyaneut Garut.Terima kasih
BalasHapusBacaannya inspiratif dan informatif, mantap. Terimakasih Livia :)
BalasHapussave budaya nusantara, semangat terus bagi orang orang yg terlibat di dalam usaha melestarikan budaya nusantara.
BalasHapusSangat mantul & inspiratif :)
BalasHapusWahh kerenn, jadi penasaran pengen ke garut ��
BalasHapusInformatif sekali, jd nambah ilmu, thanks for sharing this ��
BalasHapusBagus sekali..Sayang kalau tradisi bagus ini hrs hilang..Semoga tradisi ini bisa eksis lagi dan memberi dampak yang baik bagi masyarakat sekitarnya
BalasHapusWaah saya suka saya suka
BalasHapusSangat menarik! Jadi ingin kesana hehe
BalasHapusBudaya yg wajib dilestarikan, mantap 👍
BalasHapusWow sangat bagus menambah wawasan 👍👍
BalasHapusWaaa mantep 😀
BalasHapusเด็ดมาก ����
BalasHapusMantappp ����
BalasHapusHarusnya dilestarikan budaya yang seperti itu, bukan budaya luar yang dilestarikan
BalasHapusAsyiknya nyaneut
BalasHapusWoww.. Bagus sekali.. Budaya lokal harus tetap dikenal dan dilestarikan oleh generasi muda Indonesia
BalasHapusTulisan yg bermanfaat
BalasHapusBetul itu budaya lokal harus tetap dilestarikan terutama untuk para generasi muda sehingga budaya itu tidak hilang begitu saja karena perkembangan zaman.
BalasHapusArtikel yg menarik. Mengetengahkan kembali budaya yg lama tenggelam di jaman ini.
BalasHapusSemoga Festival Nyaneut dpt terus dilakukan
budaya sederhana yang memeperkenalkan penghasil teh terbaik, perlu dilestarikan agar banyak orang mengenal produk dalam negri
BalasHapusMenarik sekali tulisannya, jadi tau budaya di kota garut. Jadi makin pengen ke garut :)
BalasHapusThanks Livia ...sekalipun aku belum pernah menikmati teh nyaneut aku bisa membayangkan indah dan nikmatnya festival nanti ..good job
BalasHapusBaru tau disini juga ada budaya minum teh, kirain yg punya upacara minum teh itu jepang
BalasHapusKiranya info2 menarik boleh di share lebih luas lagi